Insan Penyemangat

Manusia adalah makhluk sosial. Mungkin hanya itu pelajaran SD yang dapat kuingat saat ini. Tidak ada manusia di dunia ini yang hidup sendirian dan tak mengenal siapapun. Bayangkan saja apa jadinya jika kamu satu-satunya manusia di bumi ini. Jika kamu beranggapan bahwa itu adalah hal yang mudah dilakukan, mungkin kamu terlalu banyak menonton film atau berimajinasi terlalu tinggi. Sejak sebelum lahir saja aku sudah membutuhkan orang lain. Aku dikandung dan dilahirkan oleh ibuku. Hari demi hari, semakin banyak orang yang kukenal dan kubutuhkan, di antaranya adalah keluarga, tetangga dan teman. Yap, teman! Aku tidak bisa membayangkan akan seperti apa hidupku jika aku tidak memiliki teman. Pastinya aku akan menjadi pribadi yang berbeda dari pribadiku yang sekarang, karena selain keluarga, teman-temanku lah yang membentuk karakterku.
Berbagai jenjang pendidikan telah kulalui. Yah, walaupun tidak sebegitu banyak, tetapi TK, SD, SMP cukup lama memakan waktu hidupku, 12 tahun lamanya. Kalau kata orang-orang tua, masa-masa SMA adalah masa-masa terindah. Sebelum aku masuk SMA, aku menyangkal pernyataan itu. “Apa sih enaknya? Bukannya malah sibuk ya?”, batinku. Dan ternyata memang benar, masa-masa SMA adalah salah satu 3 tahun yang paling menyenangkan dalam hidupku. Aku tak akan berbohong kalau sekolah di Sanur itu sulit dan sangat menguras waktuku di rumah. Pelajarannya pun terkadang membuatku kewalahan, rasanya ingin menyudahinya saja. Tapi, entah karena aku adalah orang yang sangat beruntung atau apa, aku tidak sendirian melalui semua ini. Aku punya orang-orang yang membantuku bertahan di sekolah favorit ini.
Di Sanur, aku bertemu dengan wanita-wanita pejuang. Mereka kuat, tetapi lembut. Merekalah salah satu alasan mengapa aku rajin bersekolah. Bertegur sapa setiap kali bertemu, lalu berbagi cerita. Semuanya dilakukan tanpa memandang tingkatan kelas maupun jurusan. Rasanya kepenatanku hilang seketika setelah melihat batang hidung mereka dan berteriak-teriak bersama di depan ruang BK.

Beberapa dari sekian banyak orang-orang yang kusayangi itu akan kupampang wajahnya disini.

Aku yakin kalian semua pasti sudah menebak bahwa aku akan memamerkan wajah Egi disini. Egi ini wanita yang kuat. Aku sangat mengenalnya walau terkadang tak bisa memahaminya. Dia sangat perhatian dan penyayang. Dia ini diary berjalanku. Dia tahu semua ceritaku, dari cerita yang memalukan, menyedihkan sampai yang menyenangkan. Aku tidak pernah lupa untuk bercerita kepada Egi, ibaratnya seperti berefleksi secara lisan. Belum ada 3 tahun kita mengenal satu sama lain, tetapi aku sudah merasakan ikatan pertemanan yang sangat kuat dengan perempuan satu ini. Mungkin karena kami terlalu sering menghabiskan waktu bersama di sekolah, semua orang mulai berkata bahwa kami mulai menyerupai satu sama lain. Tidak selamanya kami memiliki pikiran yang sejalan, seringkali kami berbeda pendapat dan mempertahankan ego kami masing-masing. Tetapi dari sanalah kami semakin mengenal dan

memahami satu sama lain.

Wanita kuat yang satu ini adalah Bela, (ingat, dengan 1 ‘l’ ya!) Pertemanan kami berawal dari sebuah chat di facebook. Hanya aku satu-satunya murid SD Pamardi Yuwana Bhakti yang diterima menjadi siswi baru SMP Santa Ursula, begitu pula juga dengan Bela, seorang siswi SD Santo Markus II. Tidak ada yang mengetahui sekolah kami, hanya kami berdua yang saling tahu karena jarak sekolah yang dekat. Banyak temannya yang juga berteman denganku, sehingga kami dipertemukan oleh mereka. Aku ingat betul dulu di SMP, aku pernah tidak menyukai anak ini. Dia terus mengikutiku kemana pun aku pergi, aku pun merasa risih. Tetapi aku bersyukur pernah tidak menyukai anak ini, karena lama kelamaan kami semakin dekat dan tak terpisahkan.
Di SMP dulu, aku masih kekanak-kanakan. Aku egois dan selalu mengutamakan keinginanku. Aku tidak bisa membayangkan bahwa dulu aku selalu memarahi Bela jika apa yang kuharapkan darinya tidak terpenuhi, akhirnya dia pun meminta maaf. Dia yang selalu mengalah, sampai sekarang aku tidak tahu bagaimana caranya melakukan itu dan meminta maaf semudah itu. Hanya di kelas 7 kami sekelas, tetapi pertemanan kami masih berlanjut sampai sekarang. Mungkin karena perbedaan kelas dan jurusan kami jadi jarang bertemu sekarang, tetapi pertemanan kami tidak pernah berubah sedikitpun.

Kami ber-9, saya, Angel, Dea, Levina, Regina, Roselin, Bella dan Maria memiliki ‘nama pertemanan’ tersendiri yaitu GBJ, singkatan untuk God Bless Jungkook. Singkat cerita, suatu kali kami menuliskan kalimat komitmen pada ulangan biologi terakhir di kelas 11 yang berbunyi “Saya mengerjakan ulangan biologi dengan Jungkook.” Bukan sulap bukan sihir, kami semua mendapatkan nilai ulangan yang memuaskan. Bahkan saya mendapatkan nilai 100! Semenjak itu, kami sangat berterima kasih atas kehadiran Jungkook dan kami berdoa agar Tuhan menyertai dan memberkatinya selalu.
Hari ini, aku keluar dari grup GBJ di Line. Aku bertengkar hebat dengan Angeline. Tiba-tiba dia menyindirku dan menyalahkanku atas suatu perbuatan yang tidak ku perbuat. Dia mengeluarkan makian terhadapku dan memojokkanku di grup, dibaca oleh semua teman-temanku. Kami pun adu mulut. Ada yang berusaha untuk meredakan amarah kami, tetapi ada juga yang memilih untuk tutup mulut.  Tidak akan ada ujungnya juga jika aku meneruskan perdebatan itu dengannya. Akhirnya aku memilih untuk keluar dari grup. Dan akhirnya Levina pun panik! Kami ber-8 berhasil mengerjainya! Itu semua adalah skenario yang kami buat untuk mengerjai birthday girl. Mana mungkin aku bertengkar dengan orang-orang baik dan lemah lembut seperti mereka, sudah gila kali aku menyia-nyiakan orang-orang seperti mereka.
Selamat bertambah tua, Levina! Semoga emosimu sudah mereda ya.


Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer